Thursday, 20 March 2014

Akhir Pekan di Pantai Pasir [yang katanya] Putih - Situbondo

Minggu, 9 Maret 2014 pukul 07.00 WIB. Saya bersama keluarga & sepupu berlibur ke pantai Pasir Putih di Bungatan, Situbondo, kabupaten paling timur di pulau Jawa tepat sebelah selatannya Pulau Madura. Kami berangkat dari rumah mengendarai Innova yang muat ditumpangi oleh 11 orang, termasuk 3 anak kecil. 
Peta perjalanan Ngoro, Mojokerto - Pasir Putih, Situbondo sepanjang 152 km
Tempat-tempat menarik sepanjang perjalanan

Perjalanan sejauh 152 km itu ditempuh dalam waktu sekitar 4 jam. Dalam perjalanan tersebut, kami melewati beberapa tempat yang menarik. Di antaranya makam KH. Abdul Hamid (Mbah Hamid), salah seorang ulama pemimpin Pesantren Salafiyyah Pasuruan, tepatnya di belakang masjid An-Nur di seberang jalan alun-alun Kota Pasuruan. Kemudian kami melewati Wisata Banyu Biru. Wisata kolam pemandian favorit di Pasuruan tepatnya di desa Sumberejo, kecamatan Winongan, Pasuruan. Sejalan kemudian kami melewati perkebunan buah naga di sepanjang jalan Probolinggo. Berturut-turut kami melewati PT. Inti Sasa, pabrik penyedap masakan yang cukup besar di Indonesia. Kemudian melewati jalur menuju Gunung Bromo. Kemudian melewati Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Paiton, Probolinggo.

Selain tempat-tempat menarik tersebut, kami juga disuguhkan dengan laju kecepatan motor 1.000cc yang melewati jalur Surabaya-Banyuwangi. Layaknya kompetisi GP pada umumnya, geng motor tersebut melaju dengan kecepetan lebih dari 100 km/jam. kami pun terhibur dengan aksi salah satu pengendara yang mengangkat motornya (jumping) tepat di depan mobil kami. Sekitar lima belas motor ikut dalam rombongan touring tersebut.

Alam sekitar Pantai Pasir Putih
Tidak terasa sudah hampir sampai di tempat tujuan. Pemandangan pantai, tanaman bakau, bukit & pegunungan menghiasi sisa perjalanan kami ke Pantai Pasir Putih. Plat nama kecil bertuliskan "Pantai Pasir Putih" terlihat semakin jelas, menandakan kami sudah sampai di Pantai Pasir Putih.

Pintu masuk pantai terdiri dari 3 pintu. Semakin ke timur suasana pantai semakin ramai. Kebetulan saat itu kami masuk melalui pintu tengah. Suasana agak ramai dibandingkan dengan pintu masuk pertama yang telah kami lalui. Di sana beberapa petugas sudah siap menyambut kedatangan kami. Kami pun membayar tiket masuk seharga Rp45.000 dengan perincian Rp5.000 untuk tiap orang dan Rp5.000 untuk mobil. Jam menunjukkan pukul 11.00, suasana masih sepi. Beberapa parkiran mobil masih kosong, tidak banyak anak yang bermain di pantai. Perahu layar pun sedikit yang berlayar.

Suasana pantai di sisi timur

Suasana seperti itu berbeda dengan suasana di sisi pintu masuk paling timur. Banyak wisatawan bermain di sana. Banyak juga perahu berlayar mengangkut wisatawan untuk berkeliling di sekitar pantai. Suasana disana lebih ramai, tetapi tidak membuat kami tertarik untuk bergabung kesana. 
Saat-saat di tengah laut

Sejenak kami menikmati keindahan pantai Pasir Putih dengan berfoto-foto ria, menggelar tikar dan kemudian mencicipi bekal seadanya, yang akan sedikit meningkatkan stamina kami untuk menghabiskan liburan disini. Kami memulai keramaian disini dengan menyewa perahu untuk sekedar berkeliling menikmati indahnya pantai Pasir Putih dari tengah laut. Dengan biaya Rp80.000 kami menyewa perahu untuk 10 orang selama +/- 10 menit. Pemandangan bawah laut yang indah, termasuk karang dan ubur-ubur, mewarnai pelayaran kami. Pasir Putih yang kami harapkan sesuai dengan namanya, ternyata hanya terdapat disini, di tengah laut bukan di pantainya. Sedangkan pasir di pantai tidak lagi berwarna putih, melainkan bercampur pasir hitam. Itulah satu-satunya kekecewaan kami disana.

Setelah selesai berlayar, kami menikmati kuliner di sekitar pantai. Sate, es degan dan tape bakar menjadi menu makan siang kami. Tentunya tidak lengkap berlibur di pantai, tetapi tidak berenang. Itulah tujuan utama kami berlibur ke pantai Pasir Putih. Sebelumnnya kami menunaikan kewajiban sholat Dzuhur dahulu, sehingga kami dapat berenang sepuas-puasnya nanti.  Dalam perjalanan ke musholla, kami menemui banyak pedagang souvenir, pakaian, dan ikan laut yang menunggu wisatawan datang unutk membeli. Sayang seribu sayang, tak ada satu pun wisatawan yang datang. Hanya kami bertiga yang kebetulan lewat. Memang itulah suasana perdagangan di pintu masuk paling barat, area pantai pasir putih yang paling sepi. Gedung tak terpakai bekas restoran, menambah kesepian area barat pantai pasir putih itu. Mungkin hal itulah yang menyebabkan area barat pantai Pasir Putih ini menjadi sepi. Betapa tidak, pantai yang seharusnya digunakan wisatawan untuk bersenang-senang dan bersantai, malah didirikan bangunan yang jelas-jelas mengganggu kesenangan wisatawan yang datang.

Kemeriahan renang di laut yang tenang

Selesai sholat, kami kembali ke tempat semula dan langsung menceburkan diri ke laut. Berbaur dengan wisatawan lain, bermain, dan berenang bersama. Disana terdapat persewaan ban bekas untuk pelampung dengan biaya sebesar Rp5.000. Adik-adik saya bisa merasakan kepuasan berenang disini. Tidak adanya ombak besar dan jarang adanya karang atau batu yang mengganggu kesenangan mereka bermain. Rasa Air laut yang asin dan pasir pantai yang tak lagi putih tidak menyurutkan kami untuk terus bersenang-senang disana.

Puas berenang-renang di pantai, kami membersihkan diri dan ganti baju di kamar mandi. Tarif untuk mandi Rp2.000 per orang. Setelah itu, barulah kami berburu oleh-oleh khas. Kebetulan pantai tersebut dekat dengan Kab.Bondowoso, sehingga ikan asin dan berbagai jenis tape kami bawa pulang untuk oleh-oleh. Sekitar 2-3 Km dari pantai Pasir Putih, kami mampir ke rumah tetangga kami yang mengontrak rumah di Mojokerto. Kebetulan waktu itu kami belum sholat Ashar, sholatlah kami disana. Warga disana sehari-harinya menggunakan bahasa Madura. Tetapi kami tidak kesulitan untuk berkomunikasi dengan mereka. Kami disuguhkan dengan bubur ketan semacam kolek dicampur dengan pisang manis. Setelah habis, disuguhkan lagi nasi dan ikan asin yang menggunung. Kenyanglah kami dengan dengan suguhan tetangga kami itu. Dan kami siap melanjutkan perjalanan pulang ke Mojokerto.

Suasana petang, langit mendung dan hujan deras mengiringi perjalanan pulang kami. Kami pun tertidur pulas dalam perjalanan. Sesampai di Probolinggo, kami berhenti di terminal pengisian bensin untuk sholat Maghrib. Perjalanan kemudian dilanjutkan meskipun hujan masih mengguyur deras. Sekian lama di perjalanan, perut kami sudah mulai keroncongan, tidak sabar untuk segera makan di warung makan pinggir jalan. Sesampai di Kota Pasuruan, kami mampir di kedai bakso yang cukup ramai pengunjungnya. Memang sebelumnya kami sudah mengincar kuliner bakso untuk makan malam. Kami pun kemudian berhenti dan menikmati bakso bersama sembari menikmati dinginnya malam.

Foto Charlie, vokalis Setia Band

Setelah semua hidangan telah habis kami makan, peristiwa mengejutkan terjadi di sekitaran warung bakso tersebut. Banyak orang berkerumun memandangi seorang pria pembeli bakso. Sepertinya mereka kenal orang itu. Salah satu sepupu saya mendatangi saya. " Ada Charly Setia Band, coba lihat di depan", bisiknya. Saya pun langsung menengok apa yang dikatakan sepupu saya. Dengan penuh keraguan saya berpikir "apa benar ini Charly asli atau KW ?". Sebab, wajah Charly memang sudah pasaran di Indonesia. Tapi setelah saya melihat plat nomor mobil yang dibawanya berplat nomor "B" Jakarta, saya langsung yakin bahwa itu Charly Setia Band. Tapi tetap saja kami masih malu-malu untuk meminta foto dengannya. Disisi lain, sepupu saya tidak sungkan-sungkan meminta izin langsung berfoto bersama dengannya. Semua orang yang tadi berkerumun, ikut-ikutan berfoto bersama dengan Charly begitu juga saya dan adik saya. Tidak ketinggalan juga saya bersalaman dengannya. Termasuk penjual bakso dan pelayan-pelayannya ikut meramaikan momen foto bersama tersebut. Suasana menjadi ramai dengan kedatangan Charly van Houten, vokalis Setia Band.


Momen yang sangat langka dalam hidup saya bisa bertemu, berfoto, dan bersalaman dengan artis top Indonesia sekelas Charly. Lumayan menarik dijadikan oleh-oleh untuk diceritakan di rumah nanti. Lumayan berharga untuk disimpan sebagai kenangan di masa datang. Sehingga lengkaplah sudah liburan kami hari itu di Pantai Pasir Putih. Kami pun pulang beristirahat untuk menyambut hari esok yang cerah.

2 comments:

Tinggalkan komentar, walaupun sangat menyakitkan bagi saya. Karena itu akan sangat berharga bagi saya pribadi dan blog ini.